Apakah Anak Wajib Membayar Hutang Orang Tua? oleh - malamlailatulqadar.xyz
Halo sahabat selamat datang di website malamlailatulqadar.xyz, pada kesempatan hari ini kita akan membahas seputar Apakah Anak Wajib Membayar Hutang Orang Tua? oleh - malamlailatulqadar.xyz, kami sudah mempersiapkan artikel tersebut dengan informatif dan akurat, silahkan membaca
Masalah hutang orang yang telah meninggal kerap kali menjadi polemik di tengah masyarakat. Tidak jarang, ada orang tua yang bermudah-mudahan berhutang dengan anggapan bahwa nanti anak-anaknya yang akan melunasi hutangnya. Benarkah demikian?
Hutang mayit wajib dibayar dari harta waris
Orang yang meninggal dalam keadaan memiliki hutang, wajib segera dibayarkan hutang tersebut dari harta si mayit. Allah taâala setelah menjelaskan beberapa bagian waris, Allah taâala berfirman:
Ù ÙÙ Ø¨ÙØ¹Ù'د٠ÙÙØµÙÙÙ'ÙØ©Ù ÙÙÙØµÙ٠بÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙ' دÙÙÙ'ÙÙ
â(itu dilakukan) setelah ditunaikan wasiat dari harta atau setelah ditunaikan hutangâ (QS. An Nisa: 11).
Maka uang peninggalan si mayit wajib digunakan untuk membayar hutang-hutangnya terlebih dahulu sebelum dibagikan kepada ahli waris. Al Bahuti mengatakan:
ÙÙØ¬Ø¨ Ø£Ù ÙØ³Ø§Ø±Ø¹ ÙÙ ÙØ¶Ø§Ø¡ دÙÙÙØ Ù٠ا ÙÙ٠إبراء Ø°Ù ØªÙØ ٠٠إخراج ÙÙØ§Ø±Ø©Ø ÙØØ¬ ÙØ°Ø±Ø ÙØºÙر ذÙÙ
âWajib menyegerakan pelunasan hutang mayit, dan semua yang terkait pembebasan tanggungan si mayit, seperti membayar kafarah, haji, nadzar dan yang lainnyaâ (Kasyful Qana, 2/84).
Jika uangnya sudah habis dan hutangnya masih ada, maka wajib menjual aset-aset milik mayit untuk membayar hutang. Syaikh Muhammad Mukhtar Asy Syinqithi mengatakan:
ÙØ¥Ø°Ø§ ٠ات اÙÙØ§Ùد أ٠اÙÙØ±Ùب ÙÙØ¯ ØªØ±Ù Ù Ø§ÙØ§Ù Ø£Ù ØªØ±Ù Ø¨ÙØªØ§Ù Ø ÙØ¹ÙÙ٠دÙÙ : ÙÙØ¬Ø¨ عÙ٠اÙÙØ±Ø«Ø© Ø£Ù ÙØ¨ÙØ¹ÙØ§ Ø§ÙØ¨Ùت ÙØ³Ø¯Ø§Ø¯ دÙÙÙ Ø ÙÙÙ ÙØ³ØªØ£Ø¬Ø±ÙÙ
âJika seorang anak meninggal atau seorang kerabat meninggal, dan ia meninggalkan harta atau rumah, sedangkan ia punya hutang. Maka wajib bagi ahli waris untuk menjual rumahnya untuk melunasi hutangnya, walaupun mereka sedang menyewakannyaâ (Syarah Zadul Mustaqni).
Baca Juga: Bahaya Tidak Segera Membayar Hutang Padahal Mampu
Anak tidak wajib menanggung hutang orang tua
Jika uang peninggalan mayit sudah habis dan aset pun sudah habis, maka tidak ada kewajiban bagi ahli waris untuk melunasi. Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan:
ÙÙØ¥ÙÙÙ' ÙÙÙ Ù' ÙÙØ®Ù'ÙÙÙÙ' ØªÙØ±ÙÙÙØ©ÙØ ÙÙÙ Ù' ÙÙÙÙ'زÙÙ Ù' اÙÙ'ÙÙØ§Ø±ÙØ«Ù Ø¨ÙØ´ÙÙÙ'Ø¡ÙØ ÙÙØ£ÙÙÙ'ÙÙÙ ÙÙØ§ ÙÙÙÙ'زÙÙ ÙÙÙ Ø£ÙØ¯Ùاء٠دÙÙÙ'ÙÙÙÙ Ø¥Ø°ÙØ§ ÙÙØ§ÙÙ ØÙÙÙ'ÙØ§ Ù ÙÙÙ'ÙÙØ³ÙØ§Ø ÙÙÙÙØ°ÙÙÙÙÙ Ø¥Ø°ÙØ§ ÙÙØ§ÙÙ Ù ÙÙÙ'ÙØªÙا
âJika mayit tidak meninggalkan harta waris sedikitpun, maka ahli waris tidak memiliki kewajiban apa-apa. Karena mereka tidak wajib melunasi hutang si mayit andai ia bangkrut ketika masih hidup, maka demikian juga, mereka tidak wajib melunasinya ketika ia sudah meninggalâ (Al Mughni, 5/155).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan: âandaikan mayit punya hutang 1000 dan warisannya 500, maka ahli waris tidak boleh dituntut untuk membayar lebih dari 500 itu. Karena tidak ada harta si mayit yang ada di tangan mereka kecuali sejumlah itu saja. Dan mereka tidak boleh diwajibkan untuk membayarkan hutang orang tuanya. Maksudnya, jika yang meninggal dalam keadaan punya hutang adalah ayahnya dan hutangnya lebih besar dari warisannya maka anak tidak wajibkan untuk membayar hutang ayahnyaâ (Al Qawaâidul Ushul Al Jamiâah, 195).
Sehingga tidak layak seseorang mengatakan âbiar saya berhutang sebanyak-banyaknya, toh kalau saya mati nanti yang melunasi adalah keluarga sayaâ. Ini tidak dibenarkan, karena keluarganya atau ahli warisnya tidak berkewajiban untuk melunasinya.
Baca Juga: Transaksi Jual Beli Hutang Dengan Hutang
Hukumnya mustahab (dianjurkan) untuk melunasi hutang orang tua
Walaupun tidak wajib, hukumnya mustahab (dianjurkan) bagi ahli waris, terutama bagi anak-anak dari mayit untuk membayarkan hutang orang tuanya yang sudah meninggal. Al Bahuti mengatakan:
ÙØ¥Ù تعذر Ø¥ÙÙØ§Ø¡ دÙÙÙ ÙÙ Ø§ÙØØ§ÙØ ÙØºÙبة اÙ٠ا٠ÙÙØÙÙØ§ Ø§Ø³ØªÙØØ¨ ÙÙØ§Ø±Ø«Ù Ø Ø£Ù ØºÙØ±Ù : Ø£Ù ÙØªÙÙ٠ب٠عÙÙ
âJika hutang mayit tidak bisa dilunasi ketika ia meninggal, karena tidak adanya harta padanya, atau karena sebab lain, maka dianjurkab bagi ahli waris untuk melunasinya. Juga dianjurkan bagi orang lain untuk melunasinyaâ (Kasyful Qana, 2/84).
Sehingga mayit terbebaskan dari keburukan yang disebabkan karena hutang. Rasulullah Shallallahuâalaihi Wasallam bersabda:
ÙÙÙÙ'س٠اÙÙ'ÙÙ ÙØ¤Ù'Ù ÙÙÙ Ù ÙØ¹ÙÙÙ'ÙÙÙØ©Ù Ø¨ÙØ¯ÙÙÙ'ÙÙÙÙ ØÙتÙ'ÙÙÙ° ÙÙÙÙ'ضÙ٠عÙÙÙ'ÙÙ
âRuh seorang mukmin tergantung karena hutangnya hingga dilunasiâ (HR. Tirmidzi no. 1078, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
Apa yang dimaksud dengan ruhnya tergantung? Al Mula Ali Al Qari menjelaskan:
ÙÙÙÙÙÙÙ: Ø£ÙÙÙ' Ù ÙØÙ'بÙÙØ³Ùة٠عÙÙÙ' Ù ÙÙÙØ§Ù ÙÙÙØ§ اÙÙ'ÙÙØ±ÙÙÙ ÙØ ÙÙÙÙØ§Ù٠اÙÙ'Ø¹ÙØ±ÙاÙÙÙÙ'Ù: Ø£ÙÙÙ': Ø£ÙÙ Ù'رÙÙÙØ§ Ù ÙÙÙ'ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ ÙÙØÙ'ÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ§ بÙÙÙØ¬Ùاة٠ÙÙÙÙØ§ ÙÙÙÙØ§ÙÙ ØÙتÙ'ÙÙ ÙÙÙÙ'Ø¸ÙØ±ÙØ Ø£ÙÙÙÙÙ' ÙÙÙÙ'ضÙÙ Ù ÙØ§ عÙÙÙÙÙ'ÙÙ Ù ÙÙÙ Ø§ÙØ¯Ù'ÙÙÙ'Ù٠أÙÙ Ù' ÙÙØ§Ø
âSebagian ulama mengatakan: ruhnya tertahan untuk menempati tempat yang mulia. Al Iraqi mengatakan: maksudnya, ia (di alam barzakh) dalam kondisi terkatung-katung, tidak dianggap sebagai orang yang selamat dan tidak dianggap sebagai orang yang binasa sampai dilihat apakah masih ada hutang yang belum lunas atau belum?â (Mirqatul Mafatih, 5/1948).
Ash Shanâani mengatakan:
ÙÙÙÙØ°Ùا اÙÙ'ØÙدÙÙØ«Ù Ù ÙÙÙ' Ø§ÙØ¯Ù'ÙÙÙØ§Ø¦ÙÙ٠عÙÙÙ٠أÙÙÙ'ÙÙÙ ÙÙØ§ ÙÙØ²ÙاÙ٠اÙÙ'Ù ÙÙÙ'ÙØªÙ Ù ÙØ´Ù'غÙÙÙÙØ§ Ø¨ÙØ¯ÙÙÙ'ÙÙÙÙ Ø¨ÙØ¹Ù'د٠٠ÙÙÙ'تÙÙÙ
âHadits ini adalah diantara dalil yang menunjukkan bahwa mayit terus berada dalam kerepotan karena hutangnya, setelah kematiannyaâ (Subulus Salam, 1/469).
Namun sekali lagi, membayar hutang itu bukan kewajiban anak-anak atau ahli waris, hukumnya mustahab (dianjurkan) saja. Oleh karena itu boleh juga dilakukan oleh orang lain yang selain ahli waris. Sebagaimana Abu Qatadah pernah melunasi mayit salah seorang sahabat yang meninggal.
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahuâanhu ia mengatakan:
تÙÙÙÙÙ'ÙÙÙ Ø±ÙØ¬ÙÙÙ Ù ÙÙÙ'ÙØ§, ÙÙØºÙسÙ'ÙÙÙ'ÙÙØ§ÙÙ, ÙÙØÙÙÙ'ÙØ·Ù'ÙÙØ§ÙÙ, ÙÙÙÙÙÙ'ÙÙÙ'ÙØ§ÙÙ, Ø«ÙÙ Ù'Ù Ø£ÙØªÙÙÙ'ÙÙØ§ بÙÙÙ Ø±ÙØ³ÙÙÙ٠اÙÙÙÙ'ÙÙ٠صÙ٠اÙÙ٠عÙÙÙ ÙØ³ÙÙ ÙÙÙÙÙÙ'ÙÙØ§: ØªÙØµÙÙÙ'Ù٠عÙÙÙÙÙ'ÙÙ? ÙÙØ®ÙØ·ÙØ§ Ø®ÙØ·ÙÙ, Ø«ÙÙ Ù'Ù ÙÙØ§ÙÙ: Ø£ÙØ¹ÙÙÙÙÙ'Ù٠دÙÙÙ'ÙÙ? ÙÙÙÙ'ÙÙØ§: دÙÙÙÙØ§Ø±ÙاÙÙØ ÙÙØ§ÙÙ'ØµÙØ±ÙÙÙ, ÙÙØªÙØÙÙ Ù'ÙÙÙÙÙÙ ÙØ§ Ø£ÙØ¨ÙÙ ÙÙØªÙØ§Ø¯ÙØ©ÙØ ÙÙØ£ÙتÙÙÙ'ÙÙØ§ÙÙ, ÙÙÙÙØ§ÙÙ Ø£ÙØ¨ÙÙ ÙÙØªÙØ§Ø¯ÙØ©Ù: اÙÙØ¯Ù'ÙÙÙÙØ§Ø±ÙاÙ٠عÙÙÙÙÙ'ÙØ ÙÙÙÙØ§ÙÙ Ø±ÙØ³ÙÙÙ٠اÙÙÙÙ'ÙÙ٠صÙ٠اÙÙ٠عÙÙÙ ÙØ³ÙÙ Ø£ÙØÙÙÙ'٠اÙÙÙ'ØºÙØ±ÙÙÙ Ù ÙÙØ¨ÙØ±ÙØ¦Ù Ù ÙÙÙ'ÙÙÙ ÙØ§ اÙÙÙ'Ù ÙÙÙ'ÙØªÙ? ÙÙØ§ÙÙ: ÙÙØ¹ÙÙ Ù', ÙÙØµÙÙÙ'Ù٠عÙÙÙÙÙ'ÙÙ
âAda seorang laki-laki di antara kami meninggal dunia, lalu kami memandikannya, menutupinya dengan kapas, dan mengkafaninya. Kemudian kami mendatangi Rasulullah Shallallaahu âalaihi wasallam dan kami tanyakan: Apakah baginda akan menyalatkannya? Beliau melangkah beberapa langkah kemudian bertanya: âApakah ia mempunyai hutang?â. Kami menjawab: Dua dinar. Lalu beliau kembali. Maka Abu Qatadah menanggung hutang tersebut. Ketika kami mendatanginya; Abu Qotadah berkata: Dua dinar itu menjadi tanggunganku. Lalu Rasulullah Shallallaahu âalaihi wa Sallam bersabda: âBetul-betul engkau tanggung dan mayit itu terbebas darinyaâ (HR. Abu Daud no.3343, dihasankan Al Albani dalam Ahkamul Janaâiz hal. 27).
Baca Juga: Hukum Hadiah Dari Penghutang Kepada Pemberi Hutang
Bahaya berhutang
Jika kita telah memahami penjelasan di atas, kita akan mendapatkan pelajaran tenrang bahaya berhutang. Karena ketika anda meninggal dalam keadaan memiliki hutang, tidak ada orang lain yang berkewajiban membayarkan hutang anda. Selain itu, banyak lagi keburukan yang disebabkan karena hutang. Rasulullah Shallallahuâalaihi Wasallam bersabda:
Ø£Ù٠ا رجÙ٠تدÙÙ'ÙÙ٠دÙÙÙ'ÙÙØ§ Ø Ù ÙÙ Ù Ø¬Ù ÙØ¹Ù Ø£Ù ÙØ§ ÙÙÙÙÙ'ÙÙÙÙ Ø¥ÙØ§Ù ÙÙ٠اÙÙÙ٠سارÙÙØ§
âSiapa saja yang berhutang dan ia tidak bersungguh-sungguh untuk melunasinya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang pencuriâ (HR. Al Baihaqi dalam Syuâabul Iman, 5561, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jamiâ no. 2720).
Rasulullah Shallallahuâalaihi Wasallam bersabda:
٠٠٠ات ÙØ¹ÙÙ٠دÙÙÙÙ Ø ÙÙÙØ³ ث٠دÙÙØ§Ø±Ù ÙÙØ§ درÙÙ Ù Ø ÙÙÙÙÙØ§ Ø§ÙØØ³ÙØ§ØªÙ ÙØ§ÙØ³ÙØ¦Ø§ØªÙ
âBarangsiapa yang mati dalam keadaan masih punya hutang, maka kelak (di hari kiamat) tidak ada dinar dan dirham untuk melunasinya namun yang ada hanyalah kebaikan atau keburukan (untuk melunasinya)â (HR. Ibnu Majah no. 2414, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 437).
Maka jangan bermudah-mudahan untuk berhutang dan jika masih memiliki hutang maka hendaknya bersegera untuk melunasinya. Karena ketika anda meninggal dalam keadaan memiliki hutang, tidak ada orang lain yang berkewajiban membayarkan hutang anda. Rezeki dari Allah, jika ternyata ada yang mau melunasi hutang anda setelah anda meninggal. Namun jika tidak ada bagaimana? Walâiyyadzu billah.
Baca Juga:
Semoga Allah memberi taufik.
Penulis: Yulian Purnama
Artikel: Muslim.or.id
Itulah tadi informasi mengenai Apakah Anak Wajib Membayar Hutang Orang Tua? oleh - malamlailatulqadar.xyz dan sekianlah artikel dari kami malamlailatulqadar.xyz, sampai jumpa di postingan berikutnya. selamat membaca.
0 Komentar