Hukum Makan dan Minum di Dalam Masjid oleh - malamlailatulqadar.xyz
Halo sahabat selamat datang di website malamlailatulqadar.xyz, pada kesempatan hari ini kita akan membahas seputar Hukum Makan dan Minum di Dalam Masjid oleh - malamlailatulqadar.xyz, kami sudah mempersiapkan artikel tersebut dengan informatif dan akurat, silahkan membaca
Diperbolehkan untuk makan dan minum di dalam masjid, kecuali jika makanan tersebut berbau tidak enak, misalnya bawang merah atau bawang putih. Hal ini karena siapa saja yang memakan makanan tersebut, dia dilarang memasuki masjid.Â
Orang yang makan di dalam masjid itu bisa jadi sedang iâtikaf atau tidak iâtikaf.Â
Jika sedang iâtikaf
Jika sedang iâtikaf, maka dia makan dan minum di dalam masjid, dan tidak boleh keluar masjid untuk makan. Hal ini karena jika keluar masjid tanpa ada kebutuhan mendesak dapat membatalkan iâtikafnya.Â
Imam Malik rahimahullah berkata,
Ø£ÙØ±Ù ÙÙ٠عتÙÙ Ø£Ù ÙØ®Ø±Ø¬ ٠٠اÙ٠سجد ØÙÙØ£Ù٠بÙÙ ÙØ¯Ù Ø§ÙØ¨Ø§Ø¨ Ø ÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙ Ù٠اÙÙ Ø³Ø¬Ø¯Ø ÙØ¥Ù ذÙÙ ÙÙ ÙØ§Ø³Ø¹
âAku membenci orang yang sedang iâtikaf itu keluar masjid. Sehingga dia makan di depan pintu, akan tetapi di dalam masjid. Sesungguhnya perkara ini longgar.âÂ
Beliau rahimahullah juga berkata,
ÙØ§ ÙØ£Ù٠اÙ٠عتÙÙ ÙÙØ§Ùشرب Ø¥ÙØ§ Ù٠اÙÙ Ø³Ø¬Ø¯Ø ÙÙØ§ ÙØ®Ø±Ø¬ Ù Ù Ø§ÙØ³Ø¬Ø¯ Ø¥ÙØ§ ÙØØ§Ø¬Ø© Ø§ÙØ¥ÙØ³Ø§ÙØ ÙØºØ§Ø¦Ø· أ٠بÙÙ
âOrang yang sedang iâtikaf tidak boleh makan dan minum kecuali di dalam masjid. Dia tidak boleh keluar kecuali jika ada kebutuhan mendesak, seperti buang air besar dan buang air kecil.â (Al-Mudawwanah Al-Kubra, 1: 300)
Akan tetapi, jika tidak ada yang membawakan makanan dan minuman untuknya ke dalam masjid, dia boleh keluar mencari makan. Karena dalam kondisi tersebut, keluar dari masjid untuk mencari makanan itu termasuk kebutuhan mendesak baginya. [1]Â
Baca Juga: Hukum Makan Daging Buaya
Jika tidak sedang iâtikaf
Adapun untuk orang-orang yang tidak sedang iâtikaf di dalam masjid, dia juga boleh makan di dalam masjid. Tidak ada batasan bahwa hal itu hanya boleh untuk musafir, misalnya, karena dalil-dalil yang ada bersifat umum.Â
عÙÙÙ' Ø¹ÙØ¨Ù'د٠اÙÙÙ٠بÙ'Ù٠اÙÙ'ØÙØ§Ø±ÙØ«Ù بÙ'ÙÙ Ø¬ÙØ²Ù'Ø¡Ù Ø§ÙØ²Ù'ÙØ¨ÙÙÙ'دÙÙÙ'ÙØ ÙÙØ§ÙÙ: â Ø£ÙÙÙÙÙ'ÙÙØ§ Ù ÙØ¹Ù Ø±ÙØ³ÙÙÙ٠اÙÙÙ٠صÙÙÙ'Ù٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙ'ÙÙ Ù Ø´ÙÙÙØ§Ø¡Ù ÙÙ٠اÙÙ'Ù ÙØ³Ù'Ø¬ÙØ¯ÙØ ÙÙØ£ÙÙÙÙÙ ÙØªÙ Ø§ÙØµÙ'ÙÙÙØ§Ø©ÙØ ÙÙØ£ÙدÙ'Ø®ÙÙÙ'ÙÙØ§ Ø£ÙÙÙ'دÙÙÙÙÙØ§ ÙÙ٠اÙÙ'ØÙصÙÙØ Ø«ÙÙ Ù'Ù ÙÙÙ Ù'ÙÙØ§ ÙÙØµÙÙÙ'ÙÙØ ÙÙÙÙÙ Ù' ÙÙØªÙÙÙØ¶Ù'ÙØ£Ù'
âDari âAbdullah bin Al-Kharits bin Jazâi Az-Zubaidi, beliau mengatakan, âKami makan daging panggang bersama Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam di masjid. Kemudian iqamah dikumandangkan, dan kami masukkan tangan kami ke dalam kerikil. Kami pun berdiri untuk shalat dan tidak berwudhu.â (HR. Ahmad no. 17702, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Arnauth)
Demikian juga âAbdullah bin Al-Kharits bin Jazâi Az-Zubaidi radhiyallahu âanhu, beliau mengatakan,
ÙÙÙÙ'ÙØ§ ÙÙØ£Ù'ÙÙÙ٠عÙÙÙ٠عÙÙÙ'Ø¯Ù Ø±ÙØ³ÙÙÙ٠اÙÙÙ'ÙÙ٠صÙÙÙ'Ù٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙ'ÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙ'ÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙ'Ù ÙØ³Ù'Ø¬ÙØ¯Ù اÙÙ'Ø®ÙØ¨Ù'ز٠ÙÙØ§ÙÙÙ'ÙØÙ'Ù Ù
âPada masa Nabi shallallahu âalaihi wa sallam, kami makan roti dan daging di dalam masjid.â (HR. Ibnu Majah no. 3300, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Dikuatkan pula dengan ahlu shuffah yang tinggal di masjid. Juga berkaitan dengan kisah diikatnya Tsumamah bin Utsal di masjid. Ketika itu, Tsumamah (yang masih dalam agama kaum musyrikin), berupaya untuk membunuh Nabi shallallahu âalaihi wa sallam namun digagalkan oleh Umar bin Khathab radhiallahu âanhu. Kemudian ia pun diikat di masjid.
Pada hari ketiga, beliau shallallahu âalaihi wa sallam melewatinya dan bertanya,
Ù ÙØ§ عÙÙÙ'دÙÙÙ ÙÙØ§ Ø«ÙÙ ÙØ§Ù ÙØ©Ù
âApa yang engkau miliki wahai Tsumamah?â (HR. Bukhari no. 2422, 4372 dan Muslim no. 1764).Â
Maksudnya, beliau bertanya kepada Tsumamah apakah dia sudah makan atau belum?
Demikian pula kisah sahabat Saâad bin Muâadz radhiyallahu âanhu yang terluka pada saat perang Khandaq. Kemudian beliau dibuatkan kemah di masjid oleh Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam agar dekat dengan beliau selama masa perawatan.
Dalil-dalil di atas menunjukkan bolehnya makan di masjid. Hal ini karena jika perbuatan tersebut dilarang, tentu sudah akan tersebar dan dikenal di kalangan para shahabat radhiyallahu âanhum. Selain itu, hukum asal dalam masalah ini adalah mubah. Lalu, bagaimana lagi jika dikuatkan dengan dalil-dalil di atas yang menunjukkan kebolehannya?Â
Namun hendaknya orang yang makan di dalam masjid meletakkan wadah atau sejenisnya sebagai tempat sisa-sisa makanan, agar tidak mengotori masjid. Juga jangan sampai menyisakan makanan di dalam masjid sehingga akan mengundang binatang-binatang yang bisa mengganggu. [2]
Baca Juga:
[Selesai]
***
@Rumah Kasongan, 15 Dzulqaâdah 1441/ 6 Juli 2020
Penulis: M. Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.or.id
Â
Catatan kaki:
[1] https://muslim.or.id/6765-fiqih-ringkas-itikaf-4.html
[2] Pembahasan ini kami sarikan dari kitab Ahkaam Khudhuuril Masaajid karya Syaikh âAbdullah bin Shalih Al-Fauzan hafidzahullah, hal. 224-225 (cetakan ke empat tahun 1436, penerbit Maktabah Daarul Minhaaj, Riyadh KSA). Kutipan-kutipan dalam tulisan di atas adalah melalui perantaraan kitab tersebut.
Itulah tadi informasi dari daftar poker pulsa mengenai Hukum Makan dan Minum di Dalam Masjid oleh - malamlailatulqadar.xyz dan sekianlah artikel dari kami malamlailatulqadar.xyz, sampai jumpa di postingan berikutnya. selamat membaca.
0 Komentar